Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Surat Untuk Juliana

Gambar
Hai jul, lama kubiarkan suratmu menyendiri di sudut kamarku. Aku menyengaja membiarkannya bertemankan debu, rayap, dan juga hening. Entah apa yang dilakukannya disitu, apakah mengintipku hingga tersipu malu atau melakukan hal yang sama denganku, mengabaikannya saban hari. Entahlah, yang pasti semua kulakukan agar ia tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Lima tahun yang lalu aku berada dipihak yang sama dengannya, dipihak yang ditinggalkan itu. Karenanya aku paham betul untuk apa membuka hati kepada seseorang yang pada akhirnya tak menginginkan tinggal. Terkadang aku keliru, ku kebaskan pundakku selebar-lebarnya untuk bersandar, ia yang menyandar memilih terbang. Ku buka pintu hatiku seluas-luasnya, namun ia yang berkunjung hanya menginap melepas lelahnya. Dan kini kuputuskan untuk mengatupkan kedua pundakku, dan menutup sedalam-dalamnya pintu hati. Kau tahu,   merawat hati yang luka tak cukup hanya dengan waktu semalam. Mencintai dan dicintai, aku tak tahu mana yang lebi...

Bosan Menghamba

Dunia dan seluruh isinya tertarik pada mereka yang tertunduk malu padanya. Mereka yang terkesan pada kemilaunya dunia akan menjadi hamba dunia. Mereka yang larut dalam lautan popularitas tak segan-segan menghamba pada dunia, bagaimanapun caranya. Dunia dan pernak-perniknya memang didesign untuk membuat manusia tunduk padanya. Menghamba pada selain yang pantas disembah memang terasa lelahnya. Karena yang disembah bukanlah yang maha kaya, yang maha besar, dan yang maha lembut. Menghamba pada selain yang pantas disembah membuat kita bosan menghamba.

Kepada Peluk

Gambar
Aku gemar berada dipelukan yang memberiku teduh. Aku ikhlas membayar impas dengan waktu yang kandas. Aku ingin selamanya berada disitu, pada peluk yang senantiasa menantiku bertamu. Pada peluk yang senantiasa menunggu, terimakasih telah menjamu rasa yang tak karuan rupanya. Terimakasih telah mengukir senyum pada hati yang terperosok dikubangan lara. Padamu duka mewujud bahagia.

Berpasangan

Dia putih, saya abu-abu Dia bersih, saya bernoda Dia rame, saya hening Dia rajin, saya berkala Berpasangan tak selalu harus sama dan seirama. Seperti sepasang sepatu walaupun menuju arah yang sama, sepatu yang satu harus mengalah supaya sepatu yang lainnya bergerak maju. Berpasangan berarti melengkapi kekurangan menuju kesempurnaan. Seperti pakaian dengan pemiliknya, mereka menutupi ketiadaan yang lainnya. Berpasangan berarti bersatu dalam satu ikatan pernikahan. Karena hubungan tanpa ikatan berarti bercerai berai. Hubungan tanpa ikatan berarti bebas, lepas.

Arti Perjalanan

Gambar
Izinkan aku bertanya apa arti perjalanan bagimu, sayang? Banyak orang menjelajah namun tak sedikit yang tersesat dilabirin perjalanan. Sebagian orang menempuh perjalanan hanya untuk membuang bosan, sebagian lainnya terkubur dalam-dalam bersama bangga yang dinamai “jumawa”. Aku dalam perjalananku yang singkat ini, hanyalah upil dari tubuh mungil dibanding semesta yang maha luas ini. Sedang semesta adalah kerikil-kerikil kecil di jagad raya yang hanyut dihempas arus yang deras. Aku, sejauh apapun perjalananku tetaplah sepotong sunyi yang bersembunyi dibalik semak-semak tepian, yang bertemankan laron dan rerumputan. Kau, sejauh apapun perjalanan membawamu tetap ingat baik-baik “Ada perjalanan yang lebih hebat, lebih dahsyat menunggumu di stasiun perhentian”. Dan setelah itu kau akan digiring mengelilingi perjalanan yang lebih lama, pastikan bekalmu cukup ya. Dari aku, yang sering tersesat diperjalanan.

Sepotong Punggung

Selalu ada yang istimewa dari sebuah tempat, katakanlah orang-orang baru, temu dan pisah yang baru, bahagia dan tawa yang haru, dan perbincangan yang tak itu-itu melulu. Aku, aku mencintai sebuah tempat jauh sebelum mengenal pengunjungnya. Kehijauannya, aroma, serta peluk dan rangkul tanpa pura-pura lebih dulu kukenal. Dan kini tempat itu berubah menjadi yang lebih istimewa dari pada itu. Semuanya berawal dari sepotong punggung yang dihadiahkannya di satu senja. Yah sepotong punggung yang mengaca di kedua bola mataku. Dia duduk di bangku taman bercat abu-abu. Tangannya membisu merangkul sebuah buku yang tak dibacanya. Pandangannya tertuju ke depan dan sesekali ke samping, pikirannya melayang ke segala penjuru. Wajahnya yang asing seketika menjadi energi baru bagiku. Aku jatuh cinta didetik ke lima belas kala pertama melihatnya. Sementara itu aku terus memandanginya persis dikejauhan. Mataku meliuk-liuk seiring gerakan kepalanya, seperti mata-mata yang mengintai segerombolan...